37 Prajurit Terakhir
5 februari 2012
09:35
Kobaran api dari ban Loader yang di bakar membumbung tinggi di tengah jalan persis di depan tenda perjuangan, di balut teriakan lantang para anggota yang sudah hilang kesabaran karena itikad baik tak kunjung datang dari pihak managemen. Satu buah? Tidak beberapa kawan yang memang sedang berusaha mendorong satu lagi ban besar itu untuk di bakar entah apa tujuannya. Aku terpana melihat kebrutalan ini karena setahuku pihak Federasi tidak pernah memberikan pendidikan `merusak' seperti ini. Tapi senanar apapun tatapanku ban itu tetap terbakar teronggok tak berdaya di jilati api. Di udara bau alkohol membuat mual perutku entah siapa yang menyelundupkan barang itu di situasi seperti ini, kerumunan yang bau, brutal, kasar, apapun silahkan kau sebut untuk mengejawantahkannya. Chaos!
***
"Tak ada yang dapat kau prediksi sampai batas mana seseorang bisa menggila untuk urusan perut" Pak de Hanan membuyarkan lamunan tanganku masih memainkan kusor di depan layar notebook yang menampilkan foto-foto aksi beberapa bulan lalu.
"Saya tak habis pikir pak de kok bisa kita sampai melakukan sejauh itu?" pikiranku menerawang.
"Kau hanya perlu membayangkan keluarga mu anak anak merengek meminta jajan, istrimu mengeluh jatah belanja sangat kurang sementara kenaikan upah tak lebih dari uang bensin mu selama satu bulan." Sebatang kretek menyala merah di depan mulutnya, di hisapnya dalam dalam hingga kepulan asapnya membiaskan kelabunya situasi perburuhan saat ini.
Alunan lagu never give up dari band Outright meraung raung di balik kantong celanaku. Sms.
1 pesan masuk.
Dari : Jipenk
-perundingan dead lock, Ajig parah tah jalma bedil pamungkas kudu kaluar deui kieu carana mah-
Hmm.. baiklah ku putar sedikit cerita ini jauh sebelum mogok pertama `brutalism of hungry' terjadi, 8 orang buruh yang menjadi anggota Serikat Segala Macam PT.Berantas melakukan tindakan tidak menyenangkan kepada salah seorang supervisor. Buruh marah lantaran supervisor tersebut memutus hubungan kerja mereka (PHK) tanpa pesangon. Lalu, supervisor yang bersangkutan memperkarakan tindakan tidak menyenangkan ke ranah hukum pidana hal yang sebenarnya bisa di selesaikan dengan kekeluargaan. Di tambah pihak managemen membuat sebuah keputusan serampangan dengan membuat jadwal kerja menjadi 3 shift 4 group, sebuah jadwal bencana finansial keluarga untuk karyawan yang mengandalkan lemburan sebagai penghasilan tambahan.
Dua buah bangku plastik biru itu harus rela dirinya di jadikan podium di depan sekretariat perangkat pabrik (PP), Seseorang dengan tubuh tegap berstatus sebagai pangkorlap naik dengan membawa beberapa lembar hasil perundingan yang berakhir deadlock dan di bawah pandangannya sekira 45 orang anggota memasang fokus perhatian mendengarkan bunyi hasil perundingan.
"Assalamualaikum wr wb, kawan kawan seperti kita ketahui tepat jam 16.00 tadi sebuah keputusan konyol telah terjadi pihak managemen tetap akan memberlakukan 3 shift 4 group dengan alasan yang sebetulnya tidak masuk akal, di tambah 8 orang rekan kita ternyata pihak pelapor bersikukuh tidak mau mencabut laporannya di polsek hal yang sebenarnya bisa di selesaikan secara kekeluargaan".
Riuh rendah umpatan bergemuruh sore itu, 2 Mei 2012 tanggal `hajatan' di tetapkan, sebuah sebutan yang sakral untuk istilah mogok kerja. Pagi itu tepat sehari sebelum hajatan adalah hajat rutin buruh di seluruh dunia setiap tahunnya `MAY DAY' ribuan buruh dari berbagai federasi tumpah ruah ke jalan menuntut hal yang sama, tak perlu di sebutkan karena aku sudah muak dengan salah satu chapter yang mana hanya retorika dan janji belaka yang mereka tawarkan, siapa lagi kalau buka pihak pemerintah yang tak kunjung sadar akan tugasnya sebagai pelayan rakyat yang belakangan ku dengar berubah menjadi jongos korporasi. Cukup. cerita ini hanya akan menjadi umpatan jika ku teruskan kepada para pelayan salah bendera itu.
***
2 Mei 2012
Hari pertama titik kumpul tepat di gerbang pabrik, bendera Federasi dengan gagahnya berkibar pada sebatang bambu lima huruf berwarna biru dengan setengah lingkaran roda gigi berwarna merah-hitam – Federasi Serikat Baja Indonesia- dan semua motor anggota berjejer di depan gerbang tanpa harus di komando, sebuah prosedur wajib propaganda keseriusan kami melawan kebathilan sikap korporasi.
"kami harus ke dalam jika bapak keberatan silahkan ikut dengan kami ini hanya sweping damai"
"dan tugas saya adalah menjaga aset negara dari vandalisme, kalian bisa jamin apa tidak akan merusak aset di dalam?" gertak Brimob yang berjaga.
Bung Saiful sebagai pangkorlap yang di beri mandat oleh ketua untuk menggiring anggota masuk ke dalam pabrik harus sedikit pemanasan dengan seorang Brimob yang bersikukuh menahan anggota supaya tidak masuk ke dalam. Hal yang sangat menyakitkan adalah kau harus mengetahuinya serikat disini tak hanya satu masih ada satu lagi serikat tandingan dengan jumlah anggota lebih banyak di dalam pabrik, total karyawan 350 dan anggota FSBI hanya 45 orang. Yes, you got it. Judulnya memang mogok kerja tapi produksi tetap berjalan di operasikan oleh serikat bentukan managemen – Serikat Pekerja Mandiri -.
Rombongan truk besar pengangkut kayu karet tertahan di depan gerbang, beberapa orang yang tidak ku kenal mendekati pangkorlap. Ormas.
"kayu ini harus masuk jika memang kalian tak mau kami ikut campur biarkan kayu kayu ini masuk" sergahnya mengancam.
"oke, silahkan tapi saya tidak menjamin barang di dalam bisa keluar" beberapa truk itu masuk ke jalur timbangan tepat di sebelah tenda perjuangan itu artinya jika mobil mau keluar mau tidak mau mobil itu harus menerjang tenda karena jalur timbangan terlalu menjorok miring ke arah kolam hingga sulit untuk mobil besar berbalik arah.
Intimidasi dari berbagai element ormas, polisi, preman dan situasi yang mirip seperti menyabung nyawa membuat anggota berguguran, beberapa memutuskan pulang mengundurkan diri dan yang tersisa tinggal 37 orang jumlah yang sangat tidak enak untuk di dengar dan dilihat.
Malam hari seorang staff HRD yang menjadi lawan saat perundingan mendatangi tenda.
"kalian istirahat saja dulu tidur yang nyenyak pamali jika kita tempur malam malam begini"
Di tengah rasa lelah dan jumlah anggota yang bisa menghancurkan semangat kapan saja membuat malam itu seperti hari terakhir penasbihan ku dalam perjuangan. Bahkan salah seorang rekan ku yang ku anggap bisa tegar dalam situasi seperti ini sudah menitipkan kunci rumah dan kunci motor kepada seorang rekan yang bukan anggota.
"Kang, ini saya nitip kunci jaga jaga jika saya tidak akan pulang lagi ke rumah untuk selamanya akang jelaskan nanti sama istri saya tentang semua perjuangan ini".
Tepat pagi hari selepas bel tanda masuk kerja berbunyi dua mobil SUV dan sebuah APV masuk ke area pabrik. Sekira 20 orang berwajah timur turun dengan membawa dua buah peti yang belakangan ku tahu isinya adalah bilah bilah badik dan samurai. Pembantaian berencana?
Selang 10 menit dua truk Dalmas masuk langsung menuju ke dekat Mess karyawan 100 meter dari tenda perjuangan. Ada preman ada polisi mana yang akan menggulung kami lebih dulu berita baiknya otakku tak sampai hati memikirkan hal gila dan putus asa seperti itu.
"Kang dua peti, sepertinya benda perang" suaraku parau melihat situasi ini keringat dingin mengucur deras di tambah penyakit maag ku kumat. Dari kemarin belum makan. Tidak nafsu makan tepatnya.
"Iya saya tahu, berdoalah dengan matinya kita hari ini setidaknya selangkah kaki kita sudah di surga nya Allah Ta'ala. Kita tidak perlu cemas".
Jauh di lubuk hati salah seorang dari anggota di tenda berbunyi lirih.
"ya, Rabb tunjukanlah kuasaMu hidup mati kami dalam genggaman Mu."
`Di saat kau sudah sampai pada batas tertinggi harapmu kau hanya harus berusaha bahwa ada kalanya batas tak bisa lagi terlihat olehmu ketika tangan Tuhan menyingkapnya' Invisible hand of God
Tol Jakarta – Cikampek dua buah mobil sedan berpacu dengan waktu, sehari sebelumnya perangkat pimpinan pabrik mengirim sms ke Pusat bahwa nada ancaman dari pihak managemen menjurus kepada premanisme. Deru mesin motor saling menyalak jalan raya Cikarang – Karawang seolah berharap cemas pasukan ini tak sampai tepat waktu ke lokasi, terlambat sedikit saja bencana adalah agenda selanjutnya.
"Pintu gerbang, masuk, hajar" suara intruksi melalui HP dari seseorang di dalam sedan di teruskan kepada pangkorda Garda Baja yang mengambil jalur berbeda dengan perangkat Pusat.
09:35
Ratusan raungan motor menyalak di depan gerbang pabrik dengan derasnya masuk ke dalam .
"mana preman… mana preman? Woy .. anjing masih ada langit di atas langit" Garda Baja Bekasi.
Its your job, Brother.
Jumlah yang tidak seimbang mengakibatkan pertempuran di dalam tidak seimbang dua peti yang mereka bawa tak sedikit pun tersentuh, beberapa preman lari ke belakang mess dan seorang malah masuk ke dalam kantin dalam keadaan kepala terluka. Salah satu anggota yang tak pernah lepas dari HP nya mengabadikan pertempuran siang yang brutal itu. Kejadian ini menyadarkan kami bahwa jangan pernah putus harapan karena Tuhan punya cara tersendiri menolong hambaNya.
***
"Uda selesai ren?"
"Uda om bentar ya saya cek dulu semua"
Dua jam sudah aku menulis semua ini words count menunjukan angka 1.401 dan harus segera ku kirimkan kepada salah seorang pengurus website pusat.
Rendi Mulya Ramdani
* Penulis adalah anggota PUK SPAI-FSPMI PT Masari
37 Prajurit Terakhir
Reviewed by Unknown
on
17.03
Rating:
Tidak ada komentar: